Sejarah Bimbingan dan konseling di Dunia Internasional
Bimbingan dan konseling ini lahir
pada tahun 1908 di Amerika dengan berdirinya vocational bureau pada tahun 1908
oleh Frank Parsons. Frank Parson dikenal juga sebagai Father of The Guedance
Movement in America Education. Frank menekankan bahwa penting bagi setiap
individu untuk diberikan pertolongan dari orang lain untuk lebih memahami
kekurangan dan kelemahan diri sehingga dapat digunakan untuk proses
pengembangan diri lebih baik dan menentukan pekerjaan yang cocok bagi dirinya.
Pertama kali istilah bimbingan
dikenal pada abad ke- 19 hingga awal abad ke 20 di Boston. Pada awalnya istilah
ini dikenal dengan berdirinya biro di bidang profesi dan ketenagakerjaan.
Tujuannya yaitu untuk membantu pemuda dalam memilih karir atau pekerjaan sesuai
dengan keahlian mereka dan juga melatih para guru untuk memberikan layanan
bimbingan di sekolah.
Pada masa yang hampir sama, Jasse
B Davis juga memulai memberikan layanan konseling di SMA pada tahun 1898. Pada
tahun 1907 dia mencoba memasukkan program bimbingan ke dalam pensisikan siswa
SMA di Detroit. Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan Students Aid Committee of
High School di Newyork dan dalam mengembangkan komitenya, dia berada pada suatu
kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakannya yaitu bahwa siswa membutuhkan saran
dan konsultasi sebelum mereka masuk ke dunia kerja.
Pada tahun 1920 para konselor
sekolah di Boston dan New York diharapkan mampu membantu siswa dalam memilihkan
pekerjaan yang tepat sesuai dengan keahlian masing- masing individunya. Selama
itu pula, pada tahun 1920 an sertifikasi untuk konselor sekolah mulai
diterapkan.
Pada perkembangannya, mula mula
bimbingan konseling dikenal sebagai bimbingan untuk pekerjaan atau karir, namun
pada perkembangan lebih lanjut merambah pada bidang pendidikan atau Education
Guidance yang dirintid Jasse B. Davis. Dimana bimbingan ini dikenal dengan
adanya bimbingan dalam segi kepribadian atau Personal Guidance. Bimbingan
konseling juga berkembang di bidang- bidang yang lain seperti pengertian, dan
praktek bimbingan konseling terhadap ilmu sosial, budaya, kewarganegaraan,
keagamaan, dan lain sebagainya.
Evolusi profesi konseling dapat
terlihat pada rangkaian perjalanan profesi ini yang disusun secara kronologis
sebagai berikut:
1.
Era Tahun 1900-1909 (Era Perintisan)
Tiga tokoh utama pada periode ini
adalah Jesse B. Davis, Frank Parsons, dan Clifford Beers. Davis adalah orang
pertama yang mengembangkan program bimbingan yang sistematis di
sekolah-sekolah. Pada tahun 1907, sebagai pejabat yang bertanggung jawab pada the
Grand Rapids (Michigan) school system, ia menyarankan agar guru kelas yang
mengajar English Composition untuk mengajar bimbingan satu kali seminggu yang
bertujuan untuk mengembangkan karakter dan mencegah terjadinya masalah.
Sementara itu, Frank Parsons di Boston melakukan hal yang hampir sama dengan
Davis. Ia memfokuskan pada program pengembangan dan pencegahan. Ia dikenal
karena mendirikan Boston’s Vocational Bureau pada tahun 1908. Berdirinya biro
ini mempresentasikan langkah maju diinstitusionalisasikannya bimbingan karier (vocational
guidance).
Pada tahun yang sama ketika Frank
Parsons mendirikan Vocational Bureau (1908), William Heyle juga mendirikan Community
Psychiatric Clinic untuk pertama kalinya. Selanjutnya, The Juvenille
Psychopathic institute didirikan untuk memberi bantuan kepada para pemuda di
Chicago yang mempunyai masalah. Dalam keadaan tersebut terlibat pula para
psikolog. Tentu saja tidak mungkin berbicara soal kesehatan mental tanpa
melibatkan orang-orang yang cukup terkenal, seperti Sigmund Freud dan Joseph
Breuer.
2.
Era Tahun 1910-1970
Pada era ini konseling mulai
diinstitusionalisasikan dengan didirikannya the National Vocational Guidance
Association (NVGA) pada tahun 1913. Selain itu, pemerintah Amerika Serikat
mulai memanfaatkan pelayanan bimbingan untuk membantu veteran perang.
Istilah bimbingan (guidance)
ini kemudian menjadi label populer bagi gerakan konseling di sekolah-sekolah
selama hampir 50 tahunan. Program bimbingan yang terorganisasikan mulai muncul
dengan frekuensi tinggi di jenjang SMP sejak 1920-an, dan lebih intensif lagi
di jenjang SMA dengan pengangkatan guru BK yang khusus dipisahkan untuk siswa
laki-laki dan siswa perempuan. Titik inilah era dimulainya pemfungsian disiplin,
kelengkapan daftar hadir selama satu tahun ajaran dan tanggung jawab
administrasi lainnya. Akibatnya banyak program pendidikan dekade ini
menitikberatkan pada upaya membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan
akademis atau pribadi dengan mengirimkan mereka ke guru BK untuk mengubah
perilaku atau memperbaiki kelemahan.
Selain jenjang SMP dan SMA,
gerakan konseling untuk SD tampaknya juga dimulai di akhir dekade 1920-an
hingga awal dekade 1930-an, dipicu oleh tulisan-tulisan dan kerja keras William
Burnham yang menekankan peran guru untuk memajukan kesehatan mental anak yang
memang banyak diabaikan diperiode tersebut.
Pada dekade 1940-an ditandai
munculnya teori konseling Non-Directive yang dipelopori oleh Carl Rogers. Ia
mempublikasikan buku yang berjudul Counseling and Psychotherapy pada tahun
1942. Pada tahun 1950-an muncul pula berbagai organisasi konseling yaitu the
American Personnel and Guidance Association (APGA). Selanjutnya disahkannya the
National Defense Education Act (NDEA) pada tahun 1958. Undang-undang ini
memberikan dana bagi sekolah untuk meningkatkan program konseling sekolah.
Konseling mulai melakukan diversifikasi ke area yang lebih luas diawali pada
tahun 1970. Konseling mulai berkembang di luar sekolah seperti di
lembaga-lembaga komunitas dan pusat-pusat kesehatan mental.
3.
Era Tahun 1980-an
Dekade ini profesi konseling
sudah mulai berkembang dengan munculnya standarisasi training dan sertifikasi.
Pada tahun 1981 dibentuk the Council for Accreditation of Counseling and Related
Educational Program (CACREP). CACREP berfungsi untuk melakukan standarisasi
pada program pendidikan kondeling di tingkat master dan doktor pada bidang
konseling sekolah, konseling komunitas, konseling kesehatan mental, konseling
perkawinan dan keluarga, dan konseling di Perguruan Tinggi.
4.
Era Tahun 1990-an
Pada akhir ke-19-an, spesialis
psikiatri telah mendapat tempat berdampingan dengan spesialis pengobatan lain.
Dengan makin stabilnya posisi psikiatri dalam penanganan gangguan psikologis
atau yang lebih dikenal dengan sakit mental, muncullah psikiatri sebagai
spesialisasi baru. Spesialisasi baru ini dipelopori oleh Van Ellenberger
Renterghem dan Van Eeden.
Selama tahun 1980-an dan 1990-an,
sejumlah permasalahan sosial mempengaruhi anak-anak yang pada gilirannya
mengakselerasi pertumbuhan konseling SD. Isu-isu seperti penyalahgunaan obat,
penganiayaan anak, pelecehan seksual dan pengabaian anak, plus meningkatnya
minat dan atensi, bagi pencegahannya, mengarah kepada pemandatan konseling SD.
Sejarah Bimbingan dan
Konseling di Indonesia
1.
Sebelum Kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada
dalam cengkeraman penjajah (Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah).
Para siswa dididik untuk mengabdi untuk kepentingan penjajah. Dalam situasi
seperti ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan
pendidikan masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan tetapi,
rasa nasionalisme rakyat Indonesia ternyata sangat tebal sehingga upaya
penjajah banyak mengalami hambatan.
Rakyat Indonesia yang cinta akan
nasionalisme dan kemerdekaan berusaha untuk memperjuangkan kemandirian bangsa
Indonesia melalui pendidikan. Salah satu di antaranya adalah Taman Siswa yang
dipelopori oleh K.H. Dewantara yang dengan gigih menanamkan nasionalisme di
kalangan para siswanya. Dari sudut pandangan bimbingan hal tersebut pada
hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
2.
Dekade 40-an (Perjuangan)
Dalam bidang pendidikan, pada
dekade ini lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan
melalui pendidikan. Masalah kebodohan dan kerbelakangan merupakan masalah besar
dan tantangan yang paling besar bagi pendidikan pada saat itu. Tetapi yang
lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai
bangsa yang merdeka sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Hal ini pulalah
yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.
3.
Dekade 50-an (Perjuangan)
Kegiatan bimbingan pada masa
dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Upaya
membantu siswa dalam mencapai prestasi lebih banyak dilakukan oleh guru di
kelas atau di luar. Akan tetapi, pada hakikatnya bimbingan telah tersirat dalam
pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa di sekolah
agar dapat berprestasi meskipun dalam situasi yang amat darurat.
4.
Dekade 60-an (Perintisan)
Memasuki dekade 60-an suasana
politik kurang begitu menguntungkan dengan klimaksnya pemberontakan G 30 S/PKI
tahun 1965. Akan tetapi, dalam dekade ini pula lahir Orde Baru tahun 1966, yang
kemudian meluruskan dan menegakkan serta ini sudah mulai mantap dalam merintis
ke arah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional.
Keadaan di atas memberikan
tantangan bagi keperluan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai
salah satu kelengkapan sistem. Di sinilah timbul tantangan untuk mulai merintis
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang terprogram dan terorganisasi
dengan baik.
5.
Dekade 70-an (Penataan)
Kelahiran orde baru telah banyak
menyadarkan bangsa Indonesia akan kelemahan di masa lampau dan kesediaan
memperbaiki di masa yang akan datang melalui pembangunan. Repelita pertama
mulai dicanangkan dilaksanakan dalam awal dekade ini, dan dilanjutkan dalam
dekade-dekade selanjutnya. Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan salah
satu penunjang pembangunan nasional. Keadaan tersebut memberikan tantangan dan
peluang besar untuk upaya penataan bimbingan baik dalam aspek konseptual maupun
operasional.
6.
Dekade 80-an (Pemantapan)
Setelah melalui penataan dalam
dekade 70-an, maka dalam dekade 80-an ini bimbingan diupayakan agar mantap.
Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang
profesional. Dengan demikian, maka upaya-upaya dalam dekade 80-an lebih
mengarah kepada profesionalisasi yang lebih mantap.
Pada saat ini, profesi konselor
secara legal formal telah diakui dalam sistem pendidikan nasional. Konselor
sekolah atau guru bimbingan dan konseling merupakan profesi yang sudah diakui
keberadaannya di sekolah. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 15 yang
mengatakan bahwa guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah guru
pemegang sertifikat pendidikan.
Faktor-faktor yang
melatarbelakangi perkembangan bimbingan dan konseling :
Adapun upaya bimbingan konseling
secara profesional pada mulanya lahir di Amerika Serikat dan berkembang di abad
ke 20. Banyak faktor yang menyebabkan perkembangan bimbingan konseling sampai
saat ini dan masuk ke berbagai disiplin ilmu dan juga institusi institusi
pendidikan seperti sekolah. Berikut ini faktor- faktor yan gmempelopori
perkembangan bimbingan konseling, yaitu:
- Perhatian dari pemerintah terhadap penduduk imigran yang datang ke Amerika Serikat di kawasan Eropa, dimana mereka membutuhkan pekerjaan yang layak. Dari situlah kemudian layanan biro- biro vocasional pemerintahan dibentuk dan melalui penyuluhan penyuluhan mengarahkan bakat dan minat masyarakat agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan keahlian dan kegemaran mereka.
- Pandangan Kristen bahwa dunia merupakan tempat pertempuran antara kekuatan baik dan buruk. Atas dasar ini lembaga pendidikan mewajibkan diri untuk memberikan pelajaran terkait moral kebaikan untuk membentuk anak didiknya perilaku baik dan bagaimana menghindarkan diri dari keburukan.
- Pengaruh disiplin mental yang pada awalnya dikembangkan dari perlakuan manusiawi kepada orang- orang dengan gangguan jiwa dan berada di Rumah Sakit. Kemudian disiplin ilmu ini memberikan gerakan antisipatif terhadap orang orang dengan resiko gangguan mental di masyarakat. Mereka beranggapan bahwa gangguan mental mampu dicegah sejak dini dengan diberikannya dukungan melalui bimbingan dan konseling.
- Gerakan pemeriksaan psikologis semakin mengembangkan sayapnya dalam membuat instrumen instrumen untuk menguji kepribadian seseorang dan juga sebagai tes seleksi karyawan di berbagai perusahaan.
- Pemerintahan federal mengangkat beberapa konselor untuk memberikan bimbingan karier, pendidikan karier, dan penanggulangan kenakalan remaja, antisipasi obat bius, dan lain sebagainya.
- Pengaruh terapi penyakit non directif atau clinet centered therapy/ terapi berfokus pada klien yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Carl menggantikan pendekatan otoriter paternalistic dengan pendekatan pada potensi masing- masing individu dari kliennya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar