Rabu, 20 Desember 2017

SEJARAH LAHIRNYA BIMBINGAN DAN KONSELING DI INTERNASIONAL DAN DI INDONESIA


Sejarah Bimbingan dan konseling di Dunia Internasional

Bimbingan dan konseling ini lahir pada tahun 1908 di Amerika dengan berdirinya vocational bureau pada tahun 1908 oleh Frank Parsons. Frank Parson dikenal juga sebagai Father of The Guedance Movement in America Education. Frank menekankan bahwa penting bagi setiap individu untuk diberikan pertolongan dari orang lain untuk lebih memahami kekurangan dan kelemahan diri sehingga dapat digunakan untuk proses pengembangan diri lebih baik dan menentukan pekerjaan yang cocok bagi dirinya.
Pertama kali istilah bimbingan dikenal pada abad ke- 19 hingga awal abad ke 20 di Boston. Pada awalnya istilah ini dikenal dengan berdirinya biro di bidang profesi dan ketenagakerjaan. Tujuannya yaitu untuk membantu pemuda dalam memilih karir atau pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka dan juga melatih para guru untuk memberikan layanan bimbingan di sekolah.

Pada masa yang hampir sama, Jasse B Davis juga memulai memberikan layanan konseling di SMA pada tahun 1898. Pada tahun 1907 dia mencoba memasukkan program bimbingan ke dalam pensisikan siswa SMA di Detroit. Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan Students Aid Committee of High School di Newyork dan dalam mengembangkan komitenya, dia berada pada suatu kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakannya yaitu bahwa siswa membutuhkan saran dan konsultasi sebelum mereka masuk ke dunia kerja.
Pada tahun 1920 para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan mampu membantu siswa dalam memilihkan pekerjaan yang tepat sesuai dengan keahlian masing- masing individunya. Selama itu pula, pada tahun 1920 an sertifikasi untuk konselor sekolah mulai diterapkan.
Pada perkembangannya, mula mula bimbingan konseling dikenal sebagai bimbingan untuk pekerjaan atau karir, namun pada perkembangan lebih lanjut merambah pada bidang pendidikan atau Education Guidance yang dirintid Jasse B. Davis. Dimana bimbingan ini dikenal dengan adanya bimbingan dalam segi kepribadian atau Personal Guidance. Bimbingan konseling juga berkembang di bidang- bidang yang lain seperti pengertian, dan praktek bimbingan konseling terhadap ilmu sosial, budaya, kewarganegaraan, keagamaan, dan lain sebagainya.

Evolusi profesi konseling dapat terlihat pada rangkaian perjalanan profesi ini yang disusun secara kronologis sebagai berikut:
1.      Era Tahun 1900-1909 (Era Perintisan)
Tiga tokoh utama pada periode ini adalah Jesse B. Davis, Frank Parsons, dan Clifford Beers. Davis adalah orang pertama yang mengembangkan program bimbingan yang sistematis di sekolah-sekolah. Pada tahun 1907, sebagai pejabat yang bertanggung jawab pada the Grand Rapids (Michigan) school system, ia menyarankan agar guru kelas yang mengajar English Composition untuk mengajar bimbingan satu kali seminggu yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan mencegah terjadinya masalah. Sementara itu, Frank Parsons di Boston melakukan hal yang hampir sama dengan Davis. Ia memfokuskan pada program pengembangan dan pencegahan. Ia dikenal karena mendirikan Boston’s Vocational Bureau pada tahun 1908. Berdirinya biro ini mempresentasikan langkah maju diinstitusionalisasikannya bimbingan karier (vocational guidance).
Pada tahun yang sama ketika Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau (1908), William Heyle juga mendirikan Community Psychiatric Clinic untuk pertama kalinya. Selanjutnya, The Juvenille Psychopathic institute didirikan untuk memberi bantuan kepada para pemuda di Chicago yang mempunyai masalah. Dalam keadaan tersebut terlibat pula para psikolog. Tentu saja tidak mungkin berbicara soal kesehatan mental tanpa melibatkan orang-orang yang cukup terkenal, seperti Sigmund Freud dan Joseph Breuer.

2.      Era Tahun 1910-1970
Pada era ini konseling mulai diinstitusionalisasikan dengan didirikannya the National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1913. Selain itu, pemerintah Amerika Serikat mulai memanfaatkan pelayanan bimbingan untuk membantu veteran perang.
Istilah bimbingan (guidance) ini kemudian menjadi label populer bagi gerakan konseling di sekolah-sekolah selama hampir 50 tahunan. Program bimbingan yang terorganisasikan mulai muncul dengan frekuensi tinggi di jenjang SMP sejak 1920-an, dan lebih intensif lagi di jenjang SMA dengan pengangkatan guru BK yang khusus dipisahkan untuk siswa laki-laki dan siswa perempuan. Titik inilah era dimulainya pemfungsian disiplin, kelengkapan daftar hadir selama satu tahun ajaran dan tanggung jawab administrasi lainnya. Akibatnya banyak program pendidikan dekade ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan akademis atau pribadi dengan mengirimkan mereka ke guru BK untuk mengubah perilaku atau memperbaiki kelemahan.
Selain jenjang SMP dan SMA, gerakan konseling untuk SD tampaknya juga dimulai di akhir dekade 1920-an hingga awal dekade 1930-an, dipicu oleh tulisan-tulisan dan kerja keras William Burnham yang menekankan peran guru untuk memajukan kesehatan mental anak yang memang banyak diabaikan diperiode tersebut.
Pada dekade 1940-an ditandai munculnya teori konseling Non-Directive yang dipelopori oleh Carl Rogers. Ia mempublikasikan buku yang berjudul Counseling and Psychotherapy pada tahun 1942. Pada tahun 1950-an muncul pula berbagai organisasi konseling yaitu the American Personnel and Guidance Association (APGA). Selanjutnya disahkannya the National Defense Education Act (NDEA) pada tahun 1958. Undang-undang ini memberikan dana bagi sekolah untuk meningkatkan program konseling sekolah. Konseling mulai melakukan diversifikasi ke area yang lebih luas diawali pada tahun 1970. Konseling mulai berkembang di luar sekolah seperti di lembaga-lembaga komunitas dan pusat-pusat kesehatan mental.

3.      Era Tahun 1980-an
Dekade ini profesi konseling sudah mulai berkembang dengan munculnya standarisasi training dan sertifikasi. Pada tahun 1981 dibentuk the Council for Accreditation of Counseling and Related Educational Program (CACREP). CACREP berfungsi untuk melakukan standarisasi pada program pendidikan kondeling di tingkat master dan doktor pada bidang konseling sekolah, konseling komunitas, konseling kesehatan mental, konseling perkawinan dan keluarga, dan konseling di Perguruan Tinggi.

4.      Era Tahun 1990-an
Pada akhir ke-19-an, spesialis psikiatri telah mendapat tempat berdampingan dengan spesialis pengobatan lain. Dengan makin stabilnya posisi psikiatri dalam penanganan gangguan psikologis atau yang lebih dikenal dengan sakit mental, muncullah psikiatri sebagai spesialisasi baru. Spesialisasi baru ini dipelopori oleh Van Ellenberger Renterghem dan Van Eeden.
Selama tahun 1980-an dan 1990-an, sejumlah permasalahan sosial mempengaruhi anak-anak yang pada gilirannya mengakselerasi pertumbuhan konseling SD. Isu-isu seperti penyalahgunaan obat, penganiayaan anak, pelecehan seksual dan pengabaian anak, plus meningkatnya minat dan atensi, bagi pencegahannya, mengarah kepada pemandatan konseling SD.

Sejarah Bimbingan dan Konseling di Indonesia

1.      Sebelum Kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah (Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah). Para siswa dididik untuk mengabdi untuk kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan pendidikan masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan tetapi, rasa nasionalisme rakyat Indonesia ternyata sangat tebal sehingga upaya penjajah banyak mengalami hambatan.
Rakyat Indonesia yang cinta akan nasionalisme dan kemerdekaan berusaha untuk memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui pendidikan. Salah satu di antaranya adalah Taman Siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang dengan gigih menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandangan bimbingan hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.

2.      Dekade 40-an (Perjuangan)
Dalam bidang pendidikan, pada dekade ini lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Masalah kebodohan dan kerbelakangan merupakan masalah besar dan tantangan yang paling besar bagi pendidikan pada saat itu. Tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai bangsa yang merdeka sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Hal ini pulalah yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.

3.      Dekade 50-an (Perjuangan)
Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Upaya membantu siswa dalam mencapai prestasi lebih banyak dilakukan oleh guru di kelas atau di luar. Akan tetapi, pada hakikatnya bimbingan telah tersirat dalam pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa di sekolah agar dapat berprestasi meskipun dalam situasi yang amat darurat.

4.      Dekade 60-an (Perintisan)
Memasuki dekade 60-an suasana politik kurang begitu menguntungkan dengan klimaksnya pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965. Akan tetapi, dalam dekade ini pula lahir Orde Baru tahun 1966, yang kemudian meluruskan dan menegakkan serta ini sudah mulai mantap dalam merintis ke arah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional.
Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai salah satu kelengkapan sistem. Di sinilah timbul tantangan untuk mulai merintis pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang terprogram dan terorganisasi dengan baik.

5.      Dekade 70-an (Penataan)
Kelahiran orde baru telah banyak menyadarkan bangsa Indonesia akan kelemahan di masa lampau dan kesediaan memperbaiki di masa yang akan datang melalui pembangunan. Repelita pertama mulai dicanangkan dilaksanakan dalam awal dekade ini, dan dilanjutkan dalam dekade-dekade selanjutnya. Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu penunjang pembangunan nasional. Keadaan tersebut memberikan tantangan dan peluang besar untuk upaya penataan bimbingan baik dalam aspek konseptual maupun operasional.

6.      Dekade 80-an (Pemantapan)
Setelah melalui penataan dalam dekade 70-an, maka dalam dekade 80-an ini bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional. Dengan demikian, maka upaya-upaya dalam dekade 80-an lebih mengarah kepada profesionalisasi yang lebih mantap.
Pada saat ini, profesi konselor secara legal formal telah diakui dalam sistem pendidikan nasional. Konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling merupakan profesi yang sudah diakui keberadaannya di sekolah. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 15 yang mengatakan bahwa guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah guru pemegang sertifikat pendidikan.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan bimbingan dan konseling :

Adapun upaya bimbingan konseling secara profesional pada mulanya lahir di Amerika Serikat dan berkembang di abad ke 20. Banyak faktor yang menyebabkan perkembangan bimbingan konseling sampai saat ini dan masuk ke berbagai disiplin ilmu dan juga institusi institusi pendidikan seperti sekolah. Berikut ini faktor- faktor yan gmempelopori perkembangan bimbingan konseling, yaitu:
  1. Perhatian dari pemerintah terhadap penduduk imigran yang datang ke Amerika Serikat di kawasan Eropa, dimana mereka membutuhkan pekerjaan yang layak. Dari situlah kemudian layanan biro- biro vocasional pemerintahan dibentuk dan melalui penyuluhan penyuluhan mengarahkan bakat dan minat masyarakat agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan keahlian dan kegemaran mereka. 
  2. Pandangan Kristen bahwa dunia merupakan tempat pertempuran antara kekuatan baik dan buruk. Atas dasar ini lembaga pendidikan mewajibkan diri untuk memberikan pelajaran terkait moral kebaikan untuk membentuk anak didiknya perilaku baik dan bagaimana menghindarkan diri dari keburukan. 
  3. Pengaruh disiplin mental yang pada awalnya dikembangkan dari perlakuan manusiawi kepada orang- orang dengan gangguan jiwa dan berada di Rumah Sakit. Kemudian disiplin ilmu ini memberikan gerakan antisipatif terhadap orang orang dengan resiko gangguan mental di masyarakat. Mereka beranggapan bahwa gangguan mental mampu dicegah sejak dini dengan diberikannya dukungan melalui bimbingan dan konseling. 
  4. Gerakan pemeriksaan psikologis semakin mengembangkan sayapnya dalam membuat instrumen instrumen untuk menguji kepribadian seseorang dan juga sebagai tes seleksi karyawan di berbagai perusahaan.
  5.  Pemerintahan federal mengangkat beberapa konselor untuk memberikan bimbingan karier, pendidikan karier, dan penanggulangan kenakalan remaja, antisipasi obat bius, dan lain sebagainya. 
  6. Pengaruh terapi penyakit non directif atau clinet centered therapy/ terapi berfokus pada klien yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Carl menggantikan pendekatan otoriter paternalistic dengan pendekatan pada potensi masing- masing individu dari kliennya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHAP-TAHAP MICRO KONSELING

Menurut Willis dalam bukunya yang berjudul Konseling Individual teori & Praktek (2010), Teknik konseling dalam mikro konseling yang...